Oleh: akusdinar | Februari 24, 2010

STP Lakukan Penghijauan Di Pesisir Ciparagejaya (5 dari 6 tulisan)

Ketika tidak ada satu pun pohon bakau yang tertanam, ratusan meter garis pantai mulai menjorok ke darat, abrasi pun mulai mengancam pantai Ciparagejaya. Kondisi ini tergambar di pesisir dekat pemukiman masyarakat Desa ciparagejaya Kecamatan Tempuran Kabupaten Karawang, Jawa barat.

Jika kita melihat sejarah masa lalu tepatnya awal tahun 1970-an, Desa Ciparagejaya merupakan sebuah kawasan hutan mangrove yang didominasi oleh spesies Pidada (Sonneratia sp.). Namun  seiring dengan pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kebutuhan akan kayu, menjadikan biota mangrove yang tumbuh di sekitar pantai terus berkurang bahkan menurun drastis luas wilayahnya. Kemudian kegiatan alih fungsi lahan yang kurang terkontrol untuk kegiatan perikanan budidaya seperti tambak juga menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan menurunnya luas wilayah tanam biota mangrove.

Berbagai upaya konservasi telah dilakukan untuk menyelamatkan dan mempertahankan keberadaan tanaman ini, pada awal dekade 1990-an pemerintah meluncurkan program reboisasi (penghijauan) untuk kawasan pesisir Kabupaten Karawang. Jenis mangrove yang diupayakan untuk ditanam adalah Bako-bako (Rhizopora sp) yang kebanyakan diambil dari daerah Blanakan, Subang, Jawa barat.

Berdasarkan hasil pengamatan taruna/i Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan (TPS) bahwa kawasan mangrove sekarang ini hanya terdapat di sebagian kecil wilayah desa Ciparagejaya. Adapun jenis mangrove yang diketahui adalah Pidada (Sonneratia sp), Bakau (Rhizophora sp), Nipah (Nypa) dan Jeruju (Acanthus sp).

Menanam mangrove

Adapun upaya STP dalam menjaga kelestarian mangrove diwilayah Ciparagejaya telah dilakukan sejak kegiatan PPKMP dilakukan setahun yang lalu, namun upaya pertama mengalami kegagalan karena kendala teknis dan pengelolaan. Seperti yang diutarakan Bapak Ade Sunaryo, M.Sc selaku koordinator program Penyuluh Perikanan, ”penanaman mangrove di pantai Ciparagejaya telah dilakukan oleh taruna STP tahun lalu, namun pengawasan dan pengelolaan yang kurang maksimal menjadi kendala dalam pertumbuhannya”. ”Selain mengetahui bagaimana cara menanam, kita pun harus tahu karakteristik lokasi penanaman sehingga usaha kita tidak sia-sia” tambahnya.

Ditemui pada kesempatan yang sama, Bapak Abdul Rahman, M.Si menjelaskan ”mangrove harus ditanam di lokasi yang kadar airnya tinggi atau lahan yang terendam oleh air, jarak penanamannya pun harus diatur jangan sampai terlalu dekat atau jauh sehingga pertumbuhannya bagus”. ”Jarak antara pohon 2 meter hingga 3 meter, sebisa mungkin batang harus terendam air” jelasnya.

Dukungan dan apresiasi terhadap program penanaman mangrove datang dari berbagai pihak, mulai dari Pemkab Karawang, Camat Tempuran, Lurah tetangga desa Ciparagejaya hingga masyarakan setempat.

Bapak Eddy Sugriwa Husen, S.Pi, MM selaku Ketua Panitia PPKMP 2009 yang juga mengikuti penanaman mangrove bersama taruna menyampaikan, ”kami telah menyiapkan bibit mangrove sebanyak 500 batang dari alam dan 1500 batang pohon mangrove sumbangan dari Dinas Kehutanan Kabupaten Karawang untuk kegiatan penghijauan pantai yang diinisiasi oleh STP”. ”Untuk melakukan penanamannya, telah disiagakan lebih dari 340 orang taruna dan 20 dosen/Instruktur sehingga diharapkan dapat selesai kurang dari 3 jam” jelasnya.

Daerah penanaman difokuskan di daerah penyangga jalan desa yang posisinya sejajar dengan garis pantai dan tambak-tambak, hal ini cukup beralasan karena kondisi jalan saat ini tanahnya masih labil sehingga kendaraan yang membawa beban yang berat seringkali tertahan di tengah jalan, selain itu dapat memberi kesan asri di jalur masuk ke pemukiman warga.

Program menanam mangrove merupakan bagian dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan sebagai upaya merealisasikan program CSR (Corporate Social Responsiility) Sekolah Tinggi Perikanan kepada masyarakat desa Ciparagejaya yang hampir 95 % seluruh warganya berpartisipasi dalam kegiatan PPKMP tahun ini, baik dalam kegiatan penangkapan, pengolahan ikan, budidaya maupun kegiatan sosial lainnya.
Banyak pihak berharap sinergi antara masyarakat dengan perguruan tinggi dapat membuahkan solusi atau jalan keluar dalam upaya mencapai kehidupan masyarakat pesisir yang lebih baik. |akusdinar|

Sumber :  http://stp.dkp.go.id


Tinggalkan komentar

Kategori